Jakarta (Indonesia Window) – Matahari yang menggantung tinggi di langit tak segan menyengatkan panasnya hingga membuat suhu hari itu mencapai 35 derajat Celcius.
Namun, teriknya panas siang itu tak menahan langkah Chiu, ahli pertanian Taiwan yang hendak memeriksa tanaman hortikultura yang ditanam oleh para petani di Karawang, Jawa Barat.
Chiu tergabung dalam Taiwan Technical Mission (TTM) atau Misi Teknik Pertanian Taiwan.
Langkah Chiu di Karawang berawal pada tahun 2019 ketika dia pertama kali tiba di Indonesia dengan membawa pengalaman bertani selama bertahun-tahun dari negeri asalnya.
Dalam misi pertanian tersebut, lelaki asal Hsinchu itu bertekad untuk membudidayakan tanaman hortikultura di Karawang yang dikenal sebagai ‘gudang beras Indonesia’.
Meski kaya akan pengalaman dan teknologi, Misi Teknik Pertanian Taiwan menghadapi banyak tantangan di masa-masa awal mereka menggarap proyek pengembangan hortikultura di Karawang.
Karena telah sejak lama menjadi hamparan sawah, lahan pertanian Karawang selalu tergenang air, membuat tekstur tanah lengket dan berat sehingga tidak mendukung tanaman hortikultura.
Selain itu, saat musim kering datang, lahan Karawang akan mengeras bagai batu sehingga tidak mungkin bagi tanaman tumbuh.
Maka, memperbaiki dan meningkatkan tekstur tanah yang sesuai untuk tanaman hortikultura menjadi langkah pertama yang dilakukan oleh Chiu dan tim pertanian Taiwan.
Mereka mencampur pupuk organik dan kapur dalam jumlah banyak, kemudian menyebarkan dan membaurkannya dengan tanah hingga mendapatkan tekstur yang mendekati standar umum untuk budidaya tanaman hortikultura.
Sementara menunggu hasil yang diharapkan, Chiu mulai mencari jenis tanaman lokal yang cocok ditanam di Karawang yang panas.
“Saya teringat saat mulai mendiskusikan budidaya tanaman dengan para petani. Mereka selalu bilang ingin menanam brokoli. Saat itu saya berpikir sepertinya ada yang aneh,” ujarnya.
Menurut Chiu, brokoli merupakan tanaman yang membutuhkan suhu dingin dan lahan pada ketinggian tertentu.
“Makanya, akhirnya saya memutuskan pergi ke ladang bersama para petani. Ternyata yang mereka maksud adalah kembang kol,” tutur Chiu, seraya menambahkan bahwa tanaman ini memang tahan suhu panas dan bisa beradaptasi dengan cuaca Karawang.
Setelah Misi Teknik Pertanian Taiwan mendapatkan tekstur tanah yang ideal dan jenis tanaman yang akan dikembangkan, mereka mulai mengajarkan para petani cara bercocok tanam dengan sistem yang modern.
Dengan menggunakan Bahasa Indonesia, Chiu melatih para petani lokal mulai dari teknik penanaman dan pembibitan, transplantasi, penyiraman, pemupukan, penanganan penyakit dan hama serangga, hingga tentang proses produksi dan penjualan panen.
Semua hal tersebut diajarkan dari awal dengan langkah yang sangat rinci karena para petani di Karawang belum memiliki pengalaman dalam mengembangkan hortikultura.
Tim pertanian Taiwan juga mengajarkan mereka cara mengelola lahan secara mandiri.
Selama ini, para petani memiliki konsep bahwa lahan pertanian (sawah) harus digarap bersama, sehingga mereka tidak terbiasa melakukan pekerjaan secara individual.
Namun, tim pertanian Taiwan tak menyerah.
Dengan komunikasi dan kerja sama yang baik, akhirnya para petani Karawang bisa mengelola lahan hortikultura secara mandiri.
Mereka secara aktif melaporkan kondisi lahan dan tanaman, termasuk tentang daun yang menguning, serangan serangga, dan penyemprotan obat.
Para petani juga kini mampu melakukan panen secara mandiri dan mengirim hasilnya ke tempat pengumpulan sementara.
Mereka juga bisa melakukan pemrosesan pasca panen, seperti pemotongan daun, pembersihan, dan pengemasan produk.
“Berkat bimbingan yang penuh kesabaran dari tim teknis, pemandangan di Desa Karawang sekarang telah berbeda. Masyarakat dapat melihat sepetak demi sepetak lahan hasil kerja sama kami dengan tim teknis pertanian Taiwan,” kata Abudulrohim, salah seorang petani Karawang yang juga ketua tim produksi dan pemasaran.
Karawang kini tak hanya merupakan persawahan, tapi juga menjadi lahan perkebunan bunga kol, tomat, okra dan jambu biji yang subur.
Misi Teknik Pertanian Taiwan telah membantu meningkatkan hasil pertanian Karawang dengan tanaman hortikultura, sehingga menaikkan pendapatan tahunan para petani hingga 20 persen dari sebelumnya.
Awal
Kerja sama bidang pertanian antara Taiwan dan Indonesia dimulai pada 21 Mei 1976 saat kedua pihak menandatangani perjanjian kerja sama teknik pertanian.
Para akhir Oktober di tahun yang sama, Tim Teknik Pertanian Taiwan diberangkatkan ke Surabaya, Jawa Timur untuk membantu pengembangan pertanian yang komprehensif.
Saat ini, selain mengembangkan hortikultura Karawang, Misi Teknik Pertanian Taiwan juga melaksanakan 18 proyek kerja sama di Indonesia.
Di antaranya adalah One Village One Product in Bali (OVOP), manajemen usaha pertanian di Bogor (Jawa Barat), penguatan pembudidayaan dan pengembangan usaha pertanian di wilayah Bandung, serta pengembangan benih padi berkualitas tinggi di Sulawesi Selatan.
Misi Teknik Pertanian Taiwan juga mengadakan lebih dari 130 seminar dan kegiatan observasi yang secara langsung memberikan manfaat kepada lebih dari 20.000 petani Indonesia melalui kegiatan peningkatan lahan dan hasil pertanian.
Sumber: Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO)
Laporan: Redaksi