Banner

PBB peringatkan krisis gizi parah di kalangan anak-anak Yaman

Seorang anak yang menderita malanutrisi dirawat di sebuah rumah sakit di Sanaa, Yaman, pada 14 Desember 2024. (Xinhua/Mohammed Mohammed).

Krisis gizi parah menyebabkan anak-anak Yaman mengalami keterlambatan perkembangan dan infeksi, dengan risiko kematian akibat penyakit umum 9 hingga 12 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata.

 

PBB (Xinhua/Indonesia Window) – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (12/8) memperingatkan tentang situasi gizi yang mengkhawatirkan bagi anak-anak di Yaman, seraya menyerukan peningkatan pendanaan untuk memperluas dukungan pangan dan gizi darurat yang mendesak.

Separuh dari anak-anak di bawah usia 5 tahun di negara tersebut menderita malnutrisi akut, dan hampir separuh lainnya mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan (stunting), demikian disampaikan Direktur Divisi Koordinasi Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) Ramesh Rajasingham dalam laporan singkat kepada Dewan Keamanan PBB, mewakili Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan Tom Fletcher.

Rajasingham menjelaskan bahwa kondisi ini menyebabkan anak-anak mengalami keterlambatan perkembangan dan infeksi, dengan risiko kematian akibat penyakit umum yang 9 hingga 12 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata. Dia menambahkan bahwa di tengah sangat minimnya layanan kesehatan dan dukungan yang tersedia, situasi ini menjadi masalah serius yang mengancam nyawa anak-anak.

“Lebih dari 17 juta orang mengalami kelaparan. Angka ini berpotensi mencapai 18 juta pada Februari tahun depan. Perempuan dan anak-anak menanggung beban terberat dari bencana ini,” katanya.

Banner

Yaman kini menjadi salah satu negara dengan kerawanan pangan terparah di dunia. Dengan ekonomi yang terus memburuk dan tekanan yang semakin besar pada rantai pasokan pangan, banyak rumah tangga yang sebenarnya bisa mengakses makanan kini tidak lagi mampu membelinya. Konflik yang sedang berlangsung juga mengganggu mata pencaharian, terutama di sektor publik serta industri pertanian dan perikanan, kata Rajasingham, memperingatkan.

Di beberapa lokasi, kelaparan dan malnutrisi mencapai tingkat ekstrem. Dalam misi penilaian kebutuhan yang dilakukan pada Juli di kamp pengungsi internal di Distrik Abs, Kegubernuran Hajjah, misalnya, ditemukan anak-anak dari keluarga pengungsi meninggal karena kelaparan, katanya.

Keluarga di daerah pedesaan di beberapa kegubernuran terpaksa menjual harta benda yang dapat menopang mata pencarian mereka dalam jangka panjang, seperti ternak, peralatan dan lahan pertanian mereka, hanya demi membeli makanan untuk esok hari, kata Rajasingham.

Dia menambahkan bahwa anak-anak dipaksa bekerja alih-alih bersekolah, sementara perempuan dan gadis remaja menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi, atau pernikahan dini.

Rajasingham menyerukan dukungan keuangan langsung untuk Dana Kemanusiaan Yaman, yang akan menyalurkan 20 juta dolar AS untuk mengatasi dampak negatif kerawanan pangan.

*1 dolar AS = 16.298 rupiah

Banner

Rajasingham menegaskan kembali bahwa solusi politik tetap menjadi satu-satunya jalan yang berkelanjutan dan konkret menuju masa depan yang lebih aman dan sejahtera bagi semua orang di Yaman. “Tanpa itu, siklus kekerasan saat ini, baik lokal maupun regional, berikut devolusi ekonomi dan kebutuhan kemanusiaan endemik, akan terus berlanjut,” katanya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan