Banner

Media massa sebut AS gagal bendung penyebaran cacar monyet

Orang-orang mengantre untuk menerima vaksin cacar monyet di sebuah lokasi vaksinasi di Eugene A. Obregon Park di Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 6 Agustus 2022. (Xinhua)

Jumlah populasi yang berisiko tertinggi dan rentan terinfeksi penyebaran cacar monyet AS diperkirakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat (AS) mencapai 1,7 juta orang, sebut laporan WP.

 

Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Pandemik COVID-19 dan penyebaran wabah cacar monyet (monkeypox) di AS sangat berbeda, tetapi respons awal mengungkap kekurangan yang serupa dan mengkhawatirkan, demikian menurut laporan The Washington Post (WP) pada Sabtu (6/8).

“Suplai vaksin yang terbatas. Antrean panjang di sejumlah klinik. Jumlah kasus meningkat setiap hari. Ketakutan, kecemasan, dan kecurigaan publik yang semakin meluas. Pemerintah mengumumkan bahwa semuanya terkendali, tetapi ternyata tidak,” kata WP.

Tidak seperti masa-masa awal pandemik virus corona, terdapat vaksin yang efektif untuk melawan cacar monyet, tetapi yang paling cocok adalah vaksin dua dosis Jynneos, yang mengalami kekurangan suplai, sebagian besar akibat bottleneck produksi, dan mungkin kondisinya akan tetap sama selama berbulan-bulan, menurut laporan itu.

Banner

Situasi ini akan membutuhkan setidaknya 329.000 dosis, yang hampir seluruh dari 336.710 dosis yang telah dikirimkan pemerintah per 29 Juli. Jumlah populasi yang berisiko tertinggi dan rentan kemungkinan jauh lebih tinggi, yang diperkirakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat (AS) mencapai 1,7 juta orang, sebut laporan WP.

“Virus cacar monyet ini juga menyebar dengan cepat dan mungkin sudah terlambat untuk membendungnya,” imbuh laporan itu, seraya mengungkapkan bahwa deklarasi keadaan darurat baru-baru ini oleh pemerintahan Joe Biden dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggarisbawahi bahwa krisis tersebut masih jauh dari penyelesaian.

Sumber: Xinhua

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan