Banner

WTO: Ketegangan geopolitik, revolusi digital, dan perubahan iklim ubah lanskap pembangunan

Gedung Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terlihat di Jenewa, Swiss, pada 5 April 2023. (Xinhua/Lian Yi)

Ketegangan geopolitik, revolusi digital, dan perubahan iklim sedang mengubah lanskap pembangunan yang didorong oleh perdagangan.

 

Jenewa, Swiss (Xinhua/Indonesia Window) – Tren-tren global yang muncul seperti ketegangan geopolitik, revolusi digital, dan perubahan iklim sedang mengubah lanskap pembangunan yang didorong oleh perdagangan, demikian disampaikan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dalam sebuah laporan utama yang dirilis pada Senin (9/9).

Dalam Laporan Perdagangan Dunia (World Trade Report) edisi 2024, WTO memperkirakan bahwa faktor-faktor global seperti ketegangan geopolitik, konflik regional, dan sanksi perdagangan telah berdampak pada stabilitas fondasi pertumbuhan ekonomi dunia dalam 30 tahun terakhir, yang berpotensi menyebabkan fragmentasi perdagangan.

Di sisi lain, peningkatan intensitas modal dan keterampilan manufaktur modern telah mengurangi ruang lingkup bagi pertumbuhan yang didorong oleh manufaktur di perekonomian-perekonomian berpenghasilan rendah. Sementara itu, perubahan iklim menimbulkan tantangan yang jauh lebih besar, khususnya bagi negara-negara tersebut.

Namun demikian, laporan itu juga menekankan peluang-peluang baru yang dibawa oleh tren global ini. Sebagai contoh, perekonomian-perekonomian berkembang dapat menurunkan biaya perdagangan melalui digitalisasi, beralih ke pertumbuhan yang didorong oleh sektor jasa, atau memanfaatkan permintaan sumber daya terbarukan dalam transformasi hijau global untuk mencapai pembangunan.

Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala menyampaikan pidato dalam Pertemuan Meja Bundar China ke-12 tentang Aksesi WTO yang digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 25 Februari 2024. (Xinhua/WTO)

Laporan tersebut menyajikan bukti kuat bahwa perdagangan telah memainkan peran penting dalam mempersempit kesenjangan pendapatan di antara perekonomian sejak WTO didirikan 30 tahun lalu.

“Mungkin, hal terpenting dari laporan ini adalah penegasan kembali peran transformatif perdagangan dalam mengurangi kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan bersama,” ujar Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala dalam kata pengantarnya untuk laporan itu.

“Namun, hal terpenting kedua adalah bahwa masih banyak lagi yang dapat kita lakukan untuk membuat perdagangan dan WTO bekerja lebih baik bagi perekonomian dan masyarakat yang tertinggal selama 30 tahun terakhir globalisasi,” tambahnya.

Laporan itu menyebutkan bahwa pada 1996 hingga 2021, porsi perdagangan yang tinggi terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat terkait dengan pertumbuhan yang lebih cepat di perekonomian berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga membantu mereka mempersempit kesenjangan dalam PDB per kapita dengan perekonomian berpenghasilan tinggi.

WTO menyoroti perlunya kebijakan domestik yang mendukung seperti pelatihan kejuruan, tunjangan pengangguran, pendidikan untuk tenaga kerja yang lebih terampil dan fleksibel, serta kebijakan persaingan untuk memastikan konsumen mendapat manfaat dari harga yang lebih rendah, serta infrastruktur yang andal, dan pasar keuangan yang berfungsi dengan baik.

William Widjaja (kedua dari kiri), direktur pengadaan perusahaan retail Indonesia, Kawan Lama Group, mengunjungi stan pemasok dalam Pameran Impor dan Ekspor China (China Import and Export Fair) ke-135 di Guangzhou, Provinsi Guangdong, China selatan, pada 16 April 2024. (Xinhua/Liu Dawei)

Laporan itu mendesak untuk mengurangi biaya perdagangan, menjembatani kesenjangan digital, dan memperbarui peraturan WTO guna memperhitungkan semakin pentingnya perdagangan di sektor jasa, serta sektor digital dan sektor hijau.

Laporan tersebut juga menyerukan koordinasi yang lebih baik di antara organisasi-organisasi internasional, mengingat hal ini dapat membantu meningkatkan sinergi antara kebijakan perdagangan dan kebijakan komplementer, serta meningkatkan inklusivitas di seluruh dan di dalam perekonomian itu sendiri.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan