Kesehatan mental terabaikan saat 1 miliar orang hidup dengan gangguan jiwa

Ilustrasi. Hampir satu miliar orang hidup dengan gangguan mental, tiga juta orang meninggal setiap tahun akibat mengonsumsi alkohol, dan satu orang meninggal setiap 40 detik karena bunuh diri. (Jude Beck on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Kesehatan mental adalah salah satu bidang kesehatan masyarakat yang paling terabaikan di seluruh dunia, menurut pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Hampir satu miliar orang hidup dengan gangguan mental, tiga juta orang meninggal setiap tahun akibat mengonsumsi alkohol, dan satu orang meninggal setiap 40 detik karena bunuh diri.

Kondisi tersebut semakin parah selama pandemik COVID-19, saat miliaran orang di seluruh dunia terdampak, dan mempengaruhi kesehatan mental masyarakat.

Meskipun demikian, menurut pernyataan tersebut, relatif sedikit orang di dunia yang memiliki akses ke layanan kesehatan mental yang berkualitas.

Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, lebih dari 75 persen orang dengan gangguan mental, neurologis (syaraf), dan penyalahgunaan zat tidak menerima pengobatan sama sekali.

Selain itu, stigma, diskriminasi, dan pelanggaran hak asasi manusia masih meluas.

Akses terbatas ke perawatan kesehatan mental yang berkualitas dan terjangkau di dunia, dan terutama dalam keadaan darurat kemanusiaan dan konflik, semakin berkurang karena COVID-19 telah mengganggu layanan kesehatan di seluruh dunia.

Hal tersebut disebabkan risiko infeksi di fasilitas seperti panti jompo dan institusi kejiwaan, hambatan untuk bertemu orang secara langsung, tenaga kesehatan mental yang terinfeksi virus, dan penutupan fasilitas kesehatan mental karena diubah menjadi tempat perawatan bagi penderita COVID-19.

Pada Hari Kesehatan Mental Sedunia (diperingati pada 10 Oktober) tahun ini, WHO, bersama dengan organisasi-organisasi mitra, dan United for Global Mental Health dan World Federation for Mental Health, menyerukan peningkatan besar-besaran dalam investasi kesehatan mental.

“Hari Kesehatan Mental Sedunia adalah kesempatan bagi dunia untuk berkumpul dan mulai memperbaiki pengabaian terhadap kesehatan mental,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Kami sudah melihat konsekuensi pandemik COVID-19 terhadap kesejahteraan mental masyarakat, dan ini baru permulaan. Kecuali jika kami membuat komitmen serius untuk meningkatkan investasi dalam kesehatan mental saat ini, konsekuensi kesehatan, sosial, dan ekonomi akan berdampak luas,” katanya.

Selama beberapa bulan terakhir, WHO telah bekerja sama dengan sejumlah mitranya untuk menerbitkan panduan dan nasihat tentang kesehatan mental bagi petugas kesehatan dan pekerja garis depan lainnya.

Dengan terganggunya layanan kesehatan, banyak negara menemukan cara inovatif untuk memberikan perawatan kesehatan mental, dan inisiatif untuk memperkuat dukungan psikososial.

Namun, karena skala masalahnya yang cukup luas sebagian besar kebutuhan kesehatan mental masih belum terselesaikan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan