Industri layang-layang berkembang pesat di Weifang, Provinsi Shandong, China timur, dengan lebih dari 600 perusahaan layang-layang saat ini yang mempekerjakan 80.000 lebih karyawan, dan nilai produksi tahunan mencapai lebih dari 2 miliar yuan.
Jinan, China (Xinhua) – Meskipun suhu di luar sangat dingin, bengkel kerja sebuah pabrik layang-layang di Weifang, Provinsi Shandong, China timur, tetap ramai, dengan para karyawan bekerja keras untuk memenuhi pesanan.
“Klien kami tersebar di lebih dari 10 provinsi. Kami telah menjual 2 juta layang-layang tahun ini, dengan pendapatan penjualan kami meningkat menjadi lebih dari 6 juta yuan, naik 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Wang Licai, manajer di pabrik layang-layang Sanli.
Saat ini, lebih dari 30 karyawan di pabrik itu terlibat dalam pembuatan layang-layang dengan berbagai warna, yang desainnya mencakup kupu-kupu, burung layang-layang, dan kelabang. Selain itu, para karyawan juga mengemas produk-produk tersebut.
Budaya dan industri layang-layang yang berkembang pesat di Weifang memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Di Weifang, terdapat lebih dari 600 perusahaan layang-layang, dengan 80.000 lebih karyawan dan nilai produksi tahunan mencapai lebih dari 2 miliar yuan.
Desa Wangjiazhuangzi, tempat perusahaan Sanli berlokasi, terkenal di industri layang-layang di Weifang karena keahliannya yang luar biasa dan desain yang beragam.
“Desa kami memiliki 200 lebih perusahaan layang-layang. Lebih dari 2.300 penduduk desa, sekitar setengah dari jumlah penduduk, terlibat dalam industri ini,” kata Wang Zhenhua, seorang pejabat desa.
“Membuat layang-layang adalah keahlian kami. Saya telah bekerja di pabrik selama 20 tahun, dan rata-rata, saya dapat memproduksi 300 layang-layang per hari, dengan gaji bulanan sebesar 4.000 yuan,” kata Wang Fengling (52), seorang warga desa.
Selain mewariskan keterampilan manufaktur tradisional, perusahaan-perusahaan di desa tersebut juga menyuntikkan vitalitas baru ke dalam industri layang-layang.
“Kami mengintegrasikan teknologi modern seperti suara dan cahaya ke dalam layang-layang tradisional berangka bambu, serta memproduksi layang-layang 3 dimensi (3D), menjadikan industri layang-layang di Desa Wangjiazhuangzi lebih dinamis,” kata Wang Tieyuan, sekretaris asosiasi industri layang-layang setempat.
Dalam beberapa tahun terakhir, di desa tersebut banyak perusahaan yang menggunakan material ramah lingkungan untuk membuat layang-layang dan mengembangkan lini produksi, sekaligus meningkatkan efisiensi.
Selain itu, perusahaan layang-layang juga terjun ke dalam sektor e-commerce. “Sekitar 80 persen pabrik layang-layang di desa ini sudah membuka toko online. Pendapatan penjualan dari e-commerce melalui siaran langsung daring pada 2023 mencapai hampir 100 juta yuan,” kata Wang Zhenhua.
Industri layang-layang yang berkembang pesat juga menarik minat generasi muda untuk kembali ke kampung halaman mereka, sehingga mendorong revitalisasi pedesaan di wilayah ini.
Zhang Yuhang kembali ke desa tersebut pada 2022 dan kini terlibat dalam sektor e-commerce layang-layang.
“Saya telah menjual layang-layang lokal kepada pelanggan di seluruh dunia melalui siaran langsung daring. Menyaksikan layang-layang dari kampung halaman saya terbang tinggi dan jauh, membuat saya merasa sangat puas,” kata Zhang.
Sejauh ini, layang-layang dari Desa Wangjiazhuangzi telah diekspor ke lebih dari 50 negara dan kawasan, termasuk Eropa, Amerika Serikat, dan negara-negara Asia Tenggara. Volume penjualan layang-layang secara tahunan di desa itu mencapai hampir 100 juta yuan, dengan nilai output tahunan melampaui 500 juta yuan.
Tahun ini, pendapatan tahunan per kapita penduduk desa mencapai 35.000 yuan.
*1 yuan = 2.157 rupiah
Laporan: Redaksi