Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak naik di sesi Asia pada awal perdagangan Senin, karena investor kembali berfokus pada pasokan yang terbatas.
Kenaikan harga terjadi meskipun sentimen masih rapuh setelah merosot hampir enam persen di sesi sebelumnya di tengah kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk Agustus naik 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 113,32 dolar AS per barel pada pukul 01.05 GMT, setelah naik sebanyak 1,0 persen di awal sesi.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Juli berada di 109,55 dolar AS per barel, turun satu sen setelah naik lebih dari satu dolar AS dalam transaksi pagi hari.
“Untuk saat ini, gangguan pada pasokan minyak mengurangi kekhawatiran akan melemahnya permintaan,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan. “Gambaran fundamental tetap menjadi salah satu keketatan di tengah perlambatan yang sedang berlangsung dalam produksi Rusia.”
Minyak Rusia tetap di luar jangkauan sebagian besar negara karena sanksi Barat. Sebagian dampaknya telah dimitigasi oleh pelepasan cadangan minyak strategis, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan peningkatan produksi dari OPEC+ meskipun hal itu menipiskan penyangga dunia terhadap gangguan pasokan lebih lanjut.
“Jika Washington tetap pada kecepatannya saat ini, cadangan strategis AS akan mencapai level terendah 40 tahun di 358 juta barel pada Oktober,” kata ANZ.
Namun demikian, produksi minyak dan gas AS meningkat.
Jumlah rig minyak dan gas, indikator awal produksi masa depan, naik tujuh menjadi 740 rig dalam sepekan hingga 17 Juni, tertinggi sejak Maret 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co. dalam laporannya yang dipantau pada Jumat (18/6).
Di Libya, produksi minyak tetap bergejolak menyusul blokade oleh kelompok-kelompok di timur negara itu.
Menteri perminyakan Libya Mohamed Oun mengatakan kepada Reuters pada Senin bahwa total produksi negara itu sekitar 700.000 barel per hari (bph). Pekan lalu, produksi minyak Libya berada pada 100.000-150.000 barel per hari, kata juru bicara kementerian perminyakan.
Ekspor produk minyak dari China, yang pernah menjadi eksportir utama, terus menurun, membuat pasokan global tetap ketat.
Ekspor bensin negara itu pada Mei anjlok 45,5 persen dari tahun sebelumnya dan ekspor minyak diesel terjun 92,7 persen meskipun permintaan domestik melambat, karena perusahaan kekurangan kuota ekspor, menurut data bea cukai China pada Sabtu (18/6).
Laporan: Redaksi