Jakarta (Indonesia Window) – Kenyamanan alam Indonesia ternyata sudah dirasakan oleh manusia sejak jutaan tahun lalu saat mereka memilih untuk bermigrasi ke Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Temuan rangka manusia serta perlengkapan hidup yang masih sangat sederhana, seperi gigi hiu dan kapak batu, di pulau-pulau itu menunjukkan bahwa daerah-daerah tersebut merupakan tempat tinggal yang nyaman bagi mereka.
Selain lima pulau tersebut, Daratan Sunda (Sundaland) juga diyakini sebagai tempat hidup manusia dari zaman puluhan ribu tahun lalu.
Laporan tahun 2018 oleh peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Shinatria Adhityatama dan Ajeng Salma Yarista, menyebutkan bahwa Daratan Sunda adalah landas kontinental yang merupakan perpanjangan Lempeng Eurasia di Asia Tenggara.
Pada 20.000 tahun lalu lalu tinggi muka laut di Sundaland berada pada 116 meter di bawah permukaan laut saat ini, menjadikan daerah tersebut sebuah hamparan yang terbuka penuh.
Menurut laporan Les Groube, pada sekitar 46.000 tahun lalu manusia bermigrasi hingga mencapai daerah yang sekarang disebut Laos.
Berdasarkan dua keadaan tersebut, sejumlah ilmuwan berpendapat bahwa ada peradaban manusia di Daratan Sunda selama periode ini. Namun demikian, hingga saat ini belum ada bukti yang mendukung teori keberadaan peradaban manusia purba di Paparan Sunda.
Jawa
Di sisi lain, Pulau Jawa telah menjadi tempat hidup manusia sejak Zaman Pleistosen Tengah Bawah (LowerMiddle Pleistocen) atau sekitar 300.000 tahun lalu dengan ditemukkannya jejak kehidupan di Sangiran (Jawa Tengah) dan Trinil (Jawa Timur).
Penelitian ahli paleoantropologi asal Belanda, Eugene Dubois, pada 1890-an mengungkapkan bahwa Homo erectus di situs Trinil mampu membuat ukiran geometris pada kerang yang berasal dari 500.000 tahun lalu.
Mereka juga diketahui sudah membuat goresan dengan menggunakan gigi hiu air tawar, yang juga dipakai untuk menggaruk dan membuka kerang sehingga dapat dimakan.
Hasil penelitian tersebut merupakan terobosan guna menemukan pola perilaku manusia selama periode awal pendudukan di Sundaland.
Laporan: Redaksi