Jakarta (Indonesia Window) – Ribuan penduduk Hong Kong diisolasi pada Sabtu (23/1) dalam upaya menahan pandemik COVID-19 yang kian memburuk.
Ada lebih dari 4.300 kasus infeksi virus corona di Hong Kong sejak November 2020, atau hampir 40 persen dari total kasus yang terdata di kota.
Kasus kluster pekerja Distrik Yau Tsim Mong mencapai setengah dari data kasus terinfeksi pekan lalu.
Pengujian limbah di daerah tersebut menangkap jejak virus yang lebih terkonsentrasi, memicu kekhawatiran bahwa sistem pipa yang dibangun dengan buruk dan kurangnya ventilasi dapat menjadi faktor terkonsentrasinya penyebaran virus.
Selama wabah SARS tahun 2003 di Hong Kong, virus kemungkinan menyebar melalui “sistem perpipaan yang tidak memadai”, menurut analisis teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun itu.
Pada tahun 2003 para ahli di WHO menulis bahwa “sistem perpipaan dan pembuangan limbah yang tidak memadai dapat meningkatkan potensi penyebaran SARS dan penyakit lainnya.”
Pihak berwenang mengatakan pada Sabtu (23/1) bahwa area di Distrik Yau Tsim Mong dengan 16 bangunan akan ditutup sampai semua warga diuji. Mereka tidak akan diizinkan meninggalkan rumah sampai menerima hasil uji.
“Orang-orang yang menjalani tes wajib diharuskan untuk tinggal di tempat mereka sampai semua orang yang diidentifikasi di daerah tersebut telah menjalani pengujian dan sebagian besar hasil tes dipastikan,” kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Hong Kong sebelumnya telah menghindari kebijakan karantina wilayah (lockdown) di kota selama pandemik.
Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, menyatakan pada Juli tahun lalu bahwa pihak berwenang akan menghindari mengambil “tindakan ekstrim”.
Hong Kong menempatkan 10.000 penduduk di salah satu distrik paling padat di bawah karantina wilayah COVID-19 pada Sabtu.
Pemerintah menutup sekitar 200 bangunan di Distrik Yau Tsim Mong sejak jam 04.00 pagi, dan mengerahkan sekitar 3.000 petugas untuk melakukan pengujian darurat dalam upaya drastis guna membendung penyebaran COVID-19 yang kian mengkhawatirkan di kota.
Laporan: Raihana Radhwa