Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Pertumbuhan di negara berkembang Asia kemungkinan akan lebih lambat tahun ini daripada yang diperkirakan sebelumnya, kata Bank Pembangunan Asia (ADB) pada Rabu. Hal ini disebabkan perang di Ukraina yang diperkirakan akan menggagalkan pemulihan ekonomi di kawasan yang masih belum pulih dari pandemik COVID- 19.

Ekonomi gabungan blok itu, yang meliputi China dan India, diproyeksikan tumbuh 5,2 persen tahun ini, kata ADB dalam sebuah laporan, turun sedikit dari perkiraan 5,3 persen pada Desember, dan jauh lebih rendah dari pertumbuhan 6,9 persen di tahun sebelumnya.

Untuk tahun 2023 kawasan ini diperkirakan tumbuh 5,3 persen.

“Invasi Rusia ke Ukraina telah sangat mengganggu prospek untuk negara-negara berkembang Asia yang masih bersaing dengan COVID-19,” kata ADB dalam laporan Asian Development Outlook.

Pemberi pinjaman multilateral yang berbasis di Manila itu mengatakan faktor-faktor lain juga dapat mempersuram prospek pertumbuhan kawasan, termasuk kenaikan harga-harga komoditas yang sedang berlangsung, peningkatan risiko stabilitas keuangan yang mungkin berasal dari kenaikan suku bunga agresif di Amerika Serikat, dan munculnya varian COVID-19 yang lebih mematikan.

Ekonomi China mungkin akan tumbuh 5,0 persen tahun ini, kata ADB, lebih lambat dari proyeksi Desember, dan jauh lebih lemah dari ekspansi 8,1 persen pada 2021, karena wabah COVID-19 mengganggu kegiatan ekonomi dan menurunkan belanja konsumen.

Kecuali Asia Selatan, semua sub-kawasan diperkirakan mencatat pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan tahun ini. ADB sekarang memperkirakan Asia Timur dan Asia Tenggara masing-masing tumbuh 4,7 persen dan 4,9 persen, bukan 5,0 persen dan 5,1 persen.

Untuk Indonesia, ADB memperkirakan akan tumbuh 5,0 persen tahun ini, sama dengan proyeksi Desember namun meningkat dari perkiraan September sebesar 4,8 persen dan meningkat dari ekspansi 3,7 persen pada 2021.

Dengan kenaikan harga-harga komoditas yang lebih tajam dari perkiraan, ADB menaikkan perkiraan inflasi untuk kawasan ini menjadi 3,7 persen pada tahun 2022 dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,7 persen, sebelum turun menjadi 3,1 persen pada tahun 2023.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan