Banner

WHO desak penerapan strategi hadapi kedaruratan kesehatan di Eropa

Foto yang diabadikan pada 20 Mei 2021 ini menunjukkan markas besar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss. (Xinhua/Chen Junxia)

Polio, cacar monyet, dan COVID-19 menunjukkan bahwa ancaman penyakit lokal dapat dengan cepat berubah menjadi ancaman global, “sebuah pelajaran yang bodoh jika kita abaikan, khususnya di zaman ini,” kata pejabat WHO.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Kantor Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa pada Selasa (30/8) mendesak penggunaan strategi dan peralatan untuk mengendalikan dan memberantas COVID-19, cacar monyet (monkeypox), dan polio, yang dianggap sebagai situasi darurat kesehatan di kawasan tersebut.

Banner

“Dengan semakin mendekatnya musim gugur dan musim dingin, kami mengantisipasi lonjakan kasus, dengan atau tanpa lonjakan influenza musiman di Eropa,” tutur Direktur Regional WHO Eropa Hans Kluge dalam konferensi pers pada Selasa (30/8).

Virus corona telah merenggut 3.000 nyawa di kawasan Eropa dalam sepekan terakhir, menyumbangkan sekitar sepertiga dari total kasus kematian global, menurut WHO.

Strategi musim gugur dan musim dingin untuk COVID-19 yang baru-baru ini diluncurkan di kawasan Eropa menguraikan apa yang harus dilakukan setiap negara untuk mengendalikan SARS-CoV-2 dan virus-virus pernapasan lain, demikian Kluge menekankan.

Banner

Dia juga mendesak semua negara untuk menggunakan vaksin influenza bersama-sama dengan vaksin COVID-19 jika memungkinkan.

Darurat kesehatan di Eropa
Orang-orang mengantre di luar sebuah klinik vaksinasi cacar monyet di Manchester, Inggris, pada 14 Agustus 2022. (Xinhua/Jon Super)

Sementara itu, hingga saat ini terdapat lebih dari 22.000 kasus terkonfirmasi cacar monyet di 43 negara di kawasan Eropa, menyumbangkan sepertiga dari total global. Namun demikian, Kluge yakin Eropa mampu menghentikan penularan cacar monyet antarmanusia berkepanjangan di kawasan tersebut “jika kita berkomitmen untuk melakukannya dan mengerahkan sumber daya yang diperlukan demi tujuan tersebut.”

Wabah mungkin mulai melambat di Prancis, Jerman, Portugal, Spanyol, Inggris, dan sejumlah negara lainnya, tetapi kawasan Eropa harus segera “meningkatkan upaya,” kata Kluge.

Banner
Darurat kesehatan di Eropa
Seorang tenaga kesehatan memberikan vaksin polio kepada seorang anak dalam kampanye vaksinasi polio di Kabul, ibu kota Afghanistan, pada 8 November 2021. (Xinhua/Saifurahman Safi)

WHO pekan ini merilis dua rangkuman kebijakan komprehensif. Satu di antaranya menguraikan tujuan kebijakan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengendalikan dan pada akhirnya memberantas cacar monyet, sedangkan satu lainnya secara spesifik berfokus pada penggunaan vaksin cacar monyet.

Kedua rangkuman itu “menyampaikan pesan yang jelas terkait apa yang kami yakini sebagai tujuan akhir, yakni untuk pertama-tama mengendalikan, dan pada akhirnya mencapai dan mempertahankan pemberantasan kasus cacar monyet di kawasan Eropa,” ujar Kluge.

Di saat Kawasan Eropa merayakan 20 tahun status bebas polio, pejabat WHO itu menekankan kembali bahwa “kemajuan signifikan yang dicapai dalam perjalanan menuju pemberantasan global ini sangat rapuh.”

Banner

Dalam beberapa tahun terakhir, virus polio turunan vaksin terdeteksi di Israel, Tajikistan, Ukraina, dan Inggris, sebut WHO.

“Ini adalah pengingat bagi kita semua. Memberantas polio secara global merupakan tanggung jawab kita bersama.”

Polio, cacar monyet, dan COVID-19 menunjukkan bahwa ancaman penyakit lokal dapat dengan cepat berubah menjadi ancaman global, “sebuah pelajaran yang bodoh jika kita abaikan, khususnya di zaman ini,” imbuh pejabat WHO itu.

Banner

Sumber: Xinhua

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan