Banner

Beberapa warga di AS menemukan cara untuk menghemat dan kurangi biaya terapi dari kantong pribadi dengan mengurangi frekuensi sesi mereka menjadi sebulan sekali dari sebelumnya sebanyak tiga hingga empat kali, sementara yang lainnya berpaling pada orang-orang yang mereka cintai untuk mendapatkan dukungan.

 

Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Lebih dari sepertiga warga Amerika Serikat (AS) yang berhenti menjalani terapi tahun ini menyebut faktor uang, termasuk biaya sekunder seperti perawatan anak dan transportasi, dan tanggungan asuransi, sebagai penyebab warga AS kurangi biaya terapi, demikian menurut CNBC pada Ahad (14/8) mengutip survei baru-baru ini yang dilakukan oleh Verywell Mind.

“Bagi banyak orang, penyebabnya adalah naiknya biaya. Uang bensin untuk terapi kini lebih tinggi,” kata Amy Morin, pemimpin redaksi Verywell Mind dan psikoterapis berlisensi. “Orang-orang harus mengeluarkan biaya tambahan untuk layanan pengasuh anak, agar mereka bisa pergi menemui terapis. Dan tentu saja, banyak terapis juga menaikkan tarif mereka karena kenaikan inflasi.”

“Meskipun inflasi tampaknya melambat, menurut angka Indeks Harga Konsumen terbaru, secara keseluruhan, inflasi AS masih tinggi,” sebut laporan itu.

Banner

Beberapa orang menemukan cara untuk menghemat biaya terapi dari kantong pribadi dengan mengurangi frekuensi sesi mereka menjadi sebulan sekali dari sebelumnya sebanyak tiga hingga empat kali, sementara yang lainnya berpaling pada orang-orang yang mereka cintai untuk mendapatkan dukungan, dengan 38 persen dari 1.000 peserta survei melaporkan bahwa mereka memerlukan bantuan keuangan dari orang lain untuk membayar terapi.

Bahkan bagi orang-orang yang sesi terapinya ditanggung sebagian oleh asuransi merasa khawatir bahwa mereka akan kesulitan membayarnya dalam jangka panjang, ungkap laporan itu.

Sementara itu, ada lebih dari 60 persen partisipan, termasuk mereka yang memiliki asuransi, melaporkan bahwa mereka membayar biaya terapi dari kantong pribadi dengan total rata-rata 178 dolar AS (sekitar 2,6 juta rupiah) per bulan, imbuh laporan tersebut.

Banner

Sumber: Xinhua

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan