Tingkat literasi masyarakat Indonesia sangat rendah, dengan hanya 0,001 persen orang di Tanah Air, dari total populasi sebanyak sekitar 272 juta jiwa, yang suka membaca.
Tahukah readers, dalam hal literasi, Indonesia menempati peringkat 70 dari 80 negara, dengan skor 359. Bahkan menurut UNESCO, tingkat literasi masyarakat Indonesia berada di urutan kedua dari bawah. Bayangkan, ini artinya, hanya 0,001 persen orang di Indonesia dari total populasi sebanyak sekitar 272 juta jiwa yang memiliki minat baca. Berarti, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang suka membaca. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Miris, bukan?
Perkembangan teknologi dan gaya hidup telah menggeser buku dan budaya literasi, tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia.
Bagaimana tidak, gadget bertebaran dimana-mana. Dari balita hingga tua, mereka disibukkan dengan gadget. Segala informasi sangatlah mudah didapatkan dari ponsel, tablet, dan laptop yang dapat dibawa ke mana-mana dengan mudah.
Yang tadinya niat googling cari informasi, ujung-ujungnya menonton video YouTube. Yang tadinya niat hanya buat baca e-book, akhirnya scrolling TikTok dan Instagram. Akhirnya, alih-alih mencari informasi yang bermanfaat, justru lebih banyak nonton ketimbang membaca.
Memang, menonton gambar berwarna yang bergerak rasanya lebih menarik daripada melihat deretan huruf dalam sebuah buku yang itu-itu saja. Padahal, membaca buku lebih banyak memberi manfaat ketimbang hanya sekadar menonton cerita lewat film.
Lantas, apa saja manfaat membaca buku?
- Membaca dapat meningkatkan imajinasi, kreativitas, dan kemampuan berpikir. Ketika menonton sebuah film, alur, tokoh, dan latar semuanya sudah disajikan secara visual. Kita tidak bisa mengimajinasikan sendiri cerita tersebut. Semuanya telah tersedia secara instan. Jadi otak kita sedikit sekali bekerja untuk mengolah informasi yang ada. Kalau hal itu sering terjadi, kemampuan berpikir kita semakin lemah. Lain halnya ketika membaca buku. Melalui apa yang dibaca, kita bisa memvisualisasikan, mengimajinasikan alur cerita, tokoh, hingga latar berdasarkan kreativitas kita sendiri. Lebih seru, bukan? Dengan begini, bagian otak yang bekerja lebih luas ketika kita membaca buku. Itulah mengapa, membaca dapat meningkatkan kemampuan berpikir kita.
- Meningkatkan kinerja otak, di antaranya meningkatkan daya konsentrasi dan kemampuan menghafal.
- Membaca buku dapat meningkatkan kemampuan membaca. Lho, apa maksudnya? ‘Saya sudah bisa membaca sejak TK, jadi untuk apa membaca lagi?’ Jangan salah, kemampuan membaca perlu diasah karena setiap tulisan memiliki tingkat kesulitan pemahaman yang berbeda. Ketika kita baru memulai membaca lagi setelah sekian lama absen dari membaca buku, rasanya sulit memahami sebuah tulisan di awal-awal paragraf. Tapi semakin kita membaca, maka kita akan terbiasa memahami tulisan selanjutnya. Otak kita sudah mulai terbiasa mengolah informasi dari sebuah tulisan. Kemampuan membaca yang terasah akan memberikan banyak keuntungan baik dalam hal studi, pekerjaan, bahkan meningkatkan rasa percaya diri, lho.
- Kita juga bisa mendapatkan banyak kosakata baru dari membaca buku. Tentunya, perbendaharaan kata itu sangat penting dan berguna sekali ketika kita berkomunikasi dengan orang lain atau membaca sebuah tulisan.
- Dengan membaca buku, tentunya kemampuan menulis kamu juga akan semakin baik. Karena mustahil orang memiliki kemampuan menulis yang baik tanpa disertai kegemaran akan membaca. Kemampuan menulis ini, tidak hanya berguna di bangku sekolah, bahkan di lingkungan pekerjaan pun sangatlah dibutuhkan.
Jadi, kalau renang dan panahan adalah olahraga bagi tubuh, maka membaca adalah olahraga-nya pikiran.
Ingat firman Allah ﷻ yang pertama kali diturunkan?
Allah sebagai Yang Menciptakan manusia, paling tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Dia memerintahkan manusia pertama kali untuk membaca. Kenapa? Karena dengan membaca, kita tahu perintah dan larangan dari-Nya.
Jadi, stop mageran ya! Yuk kita mulai gemar membaca buku!
Penulis: Neetz