Banner

Tes darah penyakit Alzheimer mencapai akurasi sekitar 90 persen, dengan menggunakan analisis protein tertentu dalam plasma darah.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Rumah Sakit Umum Veteran Taipei (Taipei Veterans General Hospital/TVGH) pada 16 April 2025 mengumumkan terobosan penelitian mereka yang memungkinkan tes darah sederhana untuk mendeteksi individu yang berisiko tinggi terkena penyakit Alzheimer dengan akurasi sekitar 90 persen. Tes darah ini menggunakan analisis protein tertentu dalam plasma darah.

Satu dari setiap 12 orang di Taiwan yang berusia 65 tahun ke atas berisiko terkena demensia, kata Wakil Kepala Departemen Neurologi TVGH, Institut Neurologi, Fuh Jong-ling, pada konferensi pers yang diadakan di rumah sakit di Taipei.

Penyakit Alzheimer adalah penyebab utama demensia, yang mencakup 56,88 persen kasus, menurut laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan (MOHW) pada tahun 2024, dan dikutip oleh Fuh.

Alzheimer disebabkan oleh akumulasi protein di otak yang menyebabkan kematian neuron dan memiliki dua fitur patologis utama di otak, imbuhnya.

Banner

Ciri pertama dan paling menonjol adalah plak amyloid, yakni gumpalan protein tak biasa yang disebut beta amiloid yang ditemukan di antara sel-sel saraf.

Ciri kedua, yang juga signifikan, adalah kekusutan neurofibrilar, yakni kumpulan filamen terpilin yang ditemukan di dalam neuron, sebagian besar terdiri atas protein yang disebut “tau”, menurut Fuh.

Dia mengatakan bahwa di masa lalu, diagnosis penyakit Alzheimer sangat bergantung pada analisis cairan serebrospinal atau pemindaian tomografi emisi positron (PET).

Keduanya invasif dan mahal, senilai 2.152 dolar AS untuk pemindaian PET –membatasi akses publik ke dua alat diagnostik tersebut, tambah Fuh.

*1 dolar AS = 16.864 rupiah

Namun, tim yang dibentuk oleh para peneliti dari Taiwan dan Korea Selatan tersebut, termasuk Fuh dan Lin Yung-shuan dari TVGH, menemukan korelasi kuat antara protein tau terfosforilasi (p-tau) dalam plasma darah dan akumulasi plak amiloid di otak, yang membuka jalan bagi metode deteksi dini yang lebih hemat biaya dan kurang invasif.

Banner

Mereka menemukan bahwa p-tau217, yang merupakan varian p-tau yang berbeda dari yang lain dalam situs fosforilasinya, menunjukkan akurasi yang lebih tinggi dalam memprediksi penyakit Alzheimer tahap awal daripada p-tau181 yang digunakan sebelumnya, kata Fuh.

Pada bulan Januari, tim tersebut menguji total 270 peserta dari Taiwan dan Korea Selatan, termasuk individu yang sehat, orang dengan gangguan kognitif ringan, dan pasien demensia, katanya.

Dengan membandingkan hasil tes darah dengan pemindaian PET, para peneliti menemukan bahwa semakin tinggi konsentrasi p-tau217 dalam plasma darah, semakin besar kemungkinan individu tersebut terkait dengan penyakit Alzheimer, imbuh Fuh.

Di antara mereka yang dianggap berisiko tinggi oleh tes darah, 86 persen dipastikan menderita penyakit Alzheimer melalui pemindaian PET, sementara di antara mereka yang diklasifikasikan sebagai berisiko rendah, 97 persen ditemukan bebas dari penyakit itu, kata Fuh.

“Ini benar-benar dapat membantu masyarakat dalam beberapa hal,” kata Fuh, seraya mencatat bahwa mereka yang diidentifikasi oleh tes darah sebagai individu berisiko rendah tidak perlu menjalani pengujian lebih lanjut, sementara mereka yang diklasifikasikan sebagai individu berisiko tinggi cenderung menderita penyakit Alzheimer dan harus menerima perawatan.

Dia menambahkan, temuan tersebut juga menunjukkan bahwa di masa mendatang, hanya individu yang diklasifikasikan sebagai risiko sedang yang mungkin memerlukan pemindaian PET lebih lanjut, yang dapat mengurangi pengujian yang tidak perlu dan mahal sekaligus memungkinkan deteksi dini.

Banner

Fuh berharap tes darah akan menjadi alat skrining lini pertama di masa mendatang, membantu mengarahkan para lansia untuk mencari perhatian medis sedini mungkin setelah menunjukkan gejala seperti penurunan daya ingat.

Temuan penelitian oleh tim Taiwan-Korea Selatan ditampilkan dalam sebuah artikel berjudul ‘Validasi lintas budaya plasma p-tau217 dan p-tau181 sebagai biomarker presisi untuk kepositifan PET amiloid: Sebuah studi Asia Timur di Taiwan dan Korea’, yang diterbitkan oleh Alzheimer’s & Dementia, sebuah jurnal medis internasional, pada akhir Januari lalu.

Sumber: https://focustaiwan.tw/sci-tech/202504170019

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan