Banner

Jumlah korban tewas akibat serangan udara AS di pelabuhan Yaman bertambah jadi 74

Orang-orang menghadiri sebuah upacara pemakaman di Sanaa, Yaman, pada 17 April 2025. Sebuah upacara pemakaman bagi para korban yang tewas dalam serangan udara Amerika Serikat diadakan di Sanaa, ibu kota Yaman, pada Kamis (17/4). (Xinhua/Mohammed Mohammed)

Serangan AS di pelabuhan bahan bakar Yaman, Ras Isa, bertujuan mendukung Israel dalam kejahatannya terhadap rakyat Palestina.

 

Sanaa, Yaman (Xinhua/Indonesia Window) – Jumlah korban tewas akibat serangan udara Amerika Serikat (AS) yang dilakukan pada malam hari di pelabuhan bahan bakar Yaman, Ras Isa, telah bertambah menjadi 74 orang, dengan 171 lainnya luka-luka, menurut laporan perkembangan terbaru dari otoritas kesehatan yang dikelola Houthi pada Jumat (18/4).

Otoritas kesehatan itu menyatakan bahwa tim penyelamat sedang berupaya mencari korban dan mengidentifikasi orang-orang yang hilang.

Serangan tersebut dimulai pada Kamis (17/4) malam waktu setempat. Menurut al-Masirah TV yang dikelola Houthi, para korban termasuk para pekerja dan karyawan pelabuhan, yang menjadi sasaran serangan udara brutal AS ketika sedang bertugas.

Lima paramedis juga termasuk di antara para korban, kata stasiun televisi itu dalam laporan sebelumnya, menambahkan bahwa mereka tewas saat tiba dengan ambulans di tempat kejadian, dalam gelombang kedua serangan udara AS di pelabuhan tersebut pada malam hari, tak lama setelah serangan pertama.

Banner

Lebih dari 14 serangan udara terhadap pelabuhan bahan bakar itu dilaporkan terjadi dalam dua gelombang, menghancurkan tangki-tangki beton yang menyimpan bahan bakar impor dan memicu kebakaran besar. Kebakaran tersebut berhasil dipadamkan dalam beberapa jam, menurut laporan itu.

serangan AS di pelabuhan
Foto yang diabadikan pada 7 April 2025 ini menunjukkan sebuah rumah yang hancur akibat serangan udara Amerika Serikat di Sanaa, Yaman. (Xinhua/Mohammed Mohammed)

Seorang warga mengonfirmasi kepada Xinhua bahwa di antara para korban adalah karyawan, supir truk, pekerja kontrak, dan warga sipil peserta pelatihan di pelabuhan tersebut. Tim penyelamat yang mengevakuasi jenazah dan memadamkan api juga menjadi sasaran dalam serangan berikutnya, imbuhnya lebih lanjut.

Pelabuhan itu, yang terletak di sebelah barat laut Hodeidah, sebuah kota di Laut Merah di Yaman, telah menjadi jalur utama untuk impor bahan bakar ke daerah-daerah yang diduduki kelompok Houthi. Kelompok tersebut telah menguasai wilayah yang luas di Yaman utara sejak memulai perang saudara melawan pemerintah pada akhir 2014.

Sebelumnya, Komando Pusat AS (USCENTCOM) dalam sebuah pernyataan mengonfirmasi bahwa mereka menyerang dan menghancurkan Ras Isa pada Kamis, “untuk melenyapkan sumber bahan bakar” dan “menurunkan sumber kekuatan ekonomi” Houthi.

“Houthi terus menerima keuntungan secara ekonomi dan militer dari negara-negara dan perusahaan-perusahaan yang memberikan dukungan material kepada sebuah organisasi yang masuk dalam daftar teroris asing,” ujar USCENTCOM di platform media sosial X. AS kembali menetapkan kelompok Houthi sebagai organisasi teroris setelah Presiden AS Donald Trump kembali menjabat pada Januari.

USCENTCOM menuduh Houthi “memanfaatkan bahan bakar untuk menopang operasi militer mereka, sebagai senjata kontrol, dan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dengan menggelapkan profit dari impor tersebut.”

Banner
Orang-orang meneriakkan slogan saat berpartisipasi dalam sebuah aksi unjuk rasa di Sanaa, Yaman, pada 28 Maret 2025 untuk memprotes serangan udara Amerika Serikat terhadap Yaman. (Xinhua/Mohammed Mohammed)

Tak lama setelah serangan udara besar-besaran itu, Menteri Informasi Yaman Moammar al-Eryani menyalahkan Houthi atas penargetan terhadap pelabuhan bahan bakar itu. Dirinya menuduh milisi itu mengubah pelabuhan tersebut “dari fasilitas ekonomi yang melayani rakyat Yaman menjadi pusat penyelundupan senjata dan bahan bakar.”

Sementara itu, Menteri Perminyakan dan Mineral Yaman Saeed al-Shamasi mengonfirmasi kesiapan pelabuhan-pelabuhan yang dikendalikan oleh pemerintah di Aden, Nishtun, Mukalla, dan Mocha untuk menerima pengiriman bahan bakar dan makanan yang mencukupi guna memenuhi permintaan pasar di seluruh wilayah Yaman.

Sebagai respons, Houthi mengecam serangan tersebut sebagai “kejahatan perang total,” menepis tuduhan AS dan pemerintah Yaman serta bersikeras bahwa “pelabuhan tersebut merupakan fasilitas sipil, bukan fasilitas militer.”

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Jumat, Houthi mengatakan serangan AS itu bertujuan mendukung Israel dalam kejahatannya terhadap rakyat Palestina, dan bersumpah akan melanjutkan “operasi dukungan” mereka untuk Palestina. Sementara itu, kelompok tersebut juga mengeklaim berhasil mencegah semua “pelayaran Israel di Laut Merah.”

Mereka juga meyakinkan warga di Yaman utara bahwa “pasokan minyak stabil,” sembari memperingatkan “kejahatan AS tidak akan luput dari hukuman yang menyakitkan.”

Pada Jumat yang sama, militer Israel juga melaporkan telah mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman pada Jumat pagi waktu setempat. Peluncuran itu diyakini dilakukan oleh Houthi sebagai aksi balasan atas serangan udara AS yang dilakukan pada malam sebelumnya.

Banner

Pada pertengahan Maret, Trump memerintahkan “tindakan militer yang tegas dan kuat” terhadap Houthi setelah kelompok tersebut mengumumkan rencana untuk melanjutkan serangan terhadap target-target Israel, menyebut blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza sebagai alasannya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan