Banner

Dua bayi binturong lahir di Bandung Zoo

Dua bayi binturong yang lahir pada 17 April 2025 dari induk betina bernama ‘Bunder’ dan induk jantan ‘Bibi’, di Bandung Zoo, Jawa Barat. (Bandung Zoo)

Populasi binturong di alam terus mengalami penurunan drastis, yang disebabkan oleh perburuan untuk perdagangan satwa liar ilegal, kerusakan habitat akibat deforestasi, serta fragmentasi hutan sebagai habitat alaminya.

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Dua bayi binturong (Arctictis binturong) lahir di Bandung Zoo, menambah koleksi hewan yang dijuluki ‘si kucing beruang’ ini di kebun binatang tersebut.

Kedua bayi binturong itu lahir pada 17 April 2025 lalu dari induk betina bernama ‘Bunder’ dan induk jantan ‘Bibi’.

Kehadiran anggota keluarga baru ini menjadi kebanggaan, sekaligus harapan baru bagi upaya konservasi satwa dilindungi, khususnya binturong, sebut siaran pers yang diterima di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

Humas Bandung Zoo, Ully Rangkuti, mengatakan, kelahiran dua bayi binturong tersebut menambah jumlah koleksi binturong di Bandung Zoo menjadi 33 ekor.

Banner

“Umumnya, dalam satu kelahiran, binturong bisa melahirkan 2-6 ekor anak. Dengan usia harapan hidup sekitar 15 hingga 18 tahun, setiap individu binturong memegang peran penting dalam menjaga keberlanjutan populasi,” jelasnya.

Meskipun sering disebut ‘kucing beruang’ karena perpaduan rupanya, binturong sebenarnya memiliki kekerabatan dengan musang. Mamalia ini merupakan yang terbesar dari keluarga viverridae, seperti musang, linsang, dan lainnya.

Binturong juga punya aroma tubuh yang khas, mirip popcorn atau pandan. Aroma ini berasal dari kelenjar di bawah pangkal ekornya dan berfungsi sebagai alat komunikasi antarindividu.

Salah satu dari dua bayi binturong yang lahir pada 17 April 2025 dari induk betina bernama ‘Bunder’ dan induk jantan ‘Bibi’, di Bandung Zoo, Jawa Barat. (Bandung Zoo)

Populasi di alam

Populasi binturong di alam terus mengalami penurunan drastis. Berdasarkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), status konservasi binturong saat ini adalah rentan (vulnerable). Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perburuan untuk perdagangan satwa liar ilegal, kerusakan habitat akibat deforestasi, serta fragmentasi hutan sebagai habitat alaminya.

Di Indonesia, binturong adalah satwa endemik Pulau Sumatra, Kalimantan, dan sebagian kecil Pulau Jawa.

Banner

Meskipun tergolong karnivora, makanan binturong didominasi oleh buah-buahan dan binturong berperan penting membantu menyebarkan biji buah-buahan ke berbagai lokasi dan mendukung regenerasi hutan. Mereka juga membantu menjaga keseimbangan populasi hewan kecil di lingkungannya.

Dua bayi binturong yang lahir pada 17 April 2025 dari induk betina bernama ‘Bunder’ dan induk jantan ‘Bibi’, di Bandung Zoo, Jawa Barat. (Bandung Zoo)

Bandung Zoo berkomitmen penuh dalam menjaga keseimbangan populasi satwa liar berstatus rentan atau dilindungi – termasuk binturong – di luar habitat asli (ex-situ).

Penangkaran tidak hanya bertujuan untuk memperbanyak jumlah individu, tetapi juga bagian dari upaya konservasi yang lebih luas.

populasi binturong di alam
Salah satu dari dua bayi binturong yang lahir pada 17 April 2025 dari induk betina bernama ‘Bunder’ dan induk jantan ‘Bibi’, di Bandung Zoo, Jawa Barat. (Bandung Zoo)

Bandung Zoo secara aktif melakukan manajemen populasi yang cermat, termasuk monitoring genetik dan rencana pertukaran satwa dengan lembaga konservasi lain, untuk memastikan keberlanjutan genetik dan kesehatan populasi binturong dalam jangka panjang. Hal ini juga menjadi upaya antisipatif Bandung Zoo untuk mencegah terjadinya populasi berlebihan (overpopulation) di masa mendatang, sehingga setiap individu binturong mendapatkan kualitas hidup terbaik.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan