Polaris Dawn merupakan penerbangan antariksa manusia pertama bagi kru yang beranggotakan empat orang, yang terdiri dari Pilot Misi Scott Poteet, Spesialis Misi Sarah Gillis, dan Spesialis Misi sekaligus Staf Medis Anna Menon, serta komandan misi dan milyarder Jared Isaacman.
New York City, AS (Xinhua/Indonesia Window) – Wahana antariksa berawak Dragon milik SpaceX telah menempuh jarak 1.400 km di atas Bumi, jarak terjauh yang pernah ditempuh manusia sejak program Apollo lebih dari 50 tahun yang lalu, demikian menurut informasi terbaru SpaceX pada Rabu (11/9).
SpaceX meluncurkan misi baru penerbangan antariksa berawak yang sepenuhnya komersial pada Selasa (10/9), yang diberi nama Polaris Dawn.
Wahana antariksa Dragon, yang membawa empat astronaut sipil, lepas landas pada Selasa pagi dari Kennedy Space Center milik NASA di Florida.
Tidak lama setelah lepas landas, para kru memulai protokol prapernapasan selama dua hari sebagai persiapan sebelum melakukan spacewalk pada Kamis (12/9), yang merupakan spacewalk komersial pertama yang pernah dilakukan.
Wahana antariksa Dragon dan para kru telah menyelesaikan enam kali pengorbitan Bumi pada jarak 1.400 km dari Planet Biru tersebut. Selama lima jam ke depan, Dragon akan melakukan empat pembakaran untuk menurunkan posisinya ke sebuah orbit sebagai persiapan spacewalk hari Kamis, ungkap SpaceX.
Polaris Dawn merupakan penerbangan antariksa manusia pertama bagi kru yang beranggotakan empat orang ini, yang terdiri dari Pilot Misi Scott Poteet, Spesialis Misi Sarah Gillis, dan Spesialis Misi sekaligus Staf Medis Anna Menon, serta komandan misi dan milyarder Jared Isaacman.
Para kru juga akan melakukan riset ilmu pengetahuan dalam misi mereka ke orbit yang berlangsung selama beberapa hari, termasuk riset kinerja manusia dan performa kesehatan yang esensial untuk Program Penelitian Manusia (Human Research Program) milik NASA.
Penelitian tersebut akan membantu para ilmuwan NASA untuk lebih memahami bagaimana paparan kondisi luar angkasa memengaruhi tubuh manusia. Para kru akan menguji pendekatan medis dan teknologi baru terkait kapabilitas telemedisin, mengumpulkan data terkait mabuk perjalanan antariksa, serta meningkatkan pengetahuan soal risiko cedera yang berkaitan dengan penerbangan, papar NASA.
Laporan: Redaksi