Netanyahu sebut serangan Israel masuki “tahap akhir”, Gaza akan sepenuhnya dikuasai

Netanyahu menggambarkan Operasi Kereta Perang Gideon, sebagai “tahap akhir” kampanye militer Israel di Gaza.
Yerusalem, Wilayah Palestina yang diduduki (Xinhua/Indonesia Window) – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu (21/5) mengatakan bahwa semua wilayah di Jalur Gaza akan berada di bawah kendali keamanan Israel, dan Hamas akan dikalahkan pada akhir Operasi Kereta Perang Gideon yang sedang berlangsung.
Netanyahu menggambarkan operasi tersebut, yang dikatakannya dimulai pada Sabtu (17/5), sebagai “tahap akhir” kampanye militer Israel. Kampanye tersebut diluncurkan menyusul serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel.
“Pasukan kami mendaratkan pukulan dahsyat yang akan bertambah kuat terhadap kubu pertahanan Hamas yang masih ada di Gaza,” kata Netanyahu. Dia menambahkan bahwa Operasi Kereta Perang Gideon dimaksudkan untuk “menuntaskan perang, pekerjaan” di Jalur Gaza.

Netanyahu juga mengatakan bahwa Mohammed Sinwar, pemimpin militer Hamas sekaligus adik dari eks pemimpin Hamas Yahya Sinwar, “tampaknya” tewas dalam sebuah serangan udara Israel belum lama ini di Gaza selatan. Belum ada konfirmasi resmi mengenai kematian Mohammed Sinwar baik dari sumber-sumber Israel maupun Hamas.
Netanyahu mengonfirmasi bahwa serangan 13 Mei terhadap Rumah Sakit Eropa di Khan Younis ditujukan kepada Sinwar. Menurut para pejabat Palestina, serangan tersebut menyebabkan kerusakan yang ekstensif dan banyak korban jiwa. Otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza mengatakan sedikitnya enam orang tewas dan 40 lainnya terluka dalam serangan tersebut.
Netanyahu juga menguraikan empat syarat utama untuk mengakhiri serangan yang lebih luas, yakni pembebasan seluruh warga Israel yang disandera, penghapusan kepemimpinan Hamas di Gaza, pelucutan senjata Hamas secara menyeluruh, dan pelaksanaan rencana kontroversial yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Rencana Trump, yang mengusulkan kontrol AS atas Gaza dan relokasi penduduk Palestina ke negara ketiga, sebuah rencana yang secara etis diragukan, telah menuai kecaman regional maupun internasional.

Israel juga sedang berkoordinasi dengan AS mengenai sistem pengiriman bantuan baru yang dimaksudkan untuk mencegah Hamas mengalihkan pasokan bantuan kemanusiaan. Menurut Netanyahu, rencana tersebut meliputi tiga tahap, yakni memfasilitasi bantuan dasar melalui organisasi-organisasi yang sudah ada, mengerahkan pusat-pusat distribusi yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan swasta AS, dan membangun “zona steril” bebas-Hamas di Gaza utara untuk distribusi bantuan secara langsung.
Tidak ada lini waktu (timeline) yang diumumkan untuk pelaksanaan rencana bantuan tersebut, yang menuai kritik dari para pejabat Palestina, yang melihatnya sebagai sarana bagi Israel untuk mengonsolidasikan kontrol atas Gaza sembari mengabaikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB secara terbuka telah menentang sistem yang diusulkan tersebut.
“Kami tidak menerima usulan dan rencana yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip inti dasar kemanusiaan, yakni imparsialitas, netralitas, dan pengiriman bantuan yang independen,” kata juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) Jens Laerke di Jenewa sebelumnya pada bulan ini.
Otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Rabu mengatakan ratusan warga Palestina tewas dalam lima hari pertama operasi terbaru Israel itu, sehingga menambah total warga Palestina yang tewas sejak Oktober 2023 menjadi 53.655 orang.
Laporan: Redaksi