Banner

Polisi China latih enam tupai untuk deteksi narkoba, gantikan anjing pelacak

Sejumlah personel pasukan pemerintah Yaman membakar ganja sitaan di Kota Midi, Provinsi Hajjah, Yaman, pada 24 Oktober 2022. Pasukan pemerintah Yaman pada Senin (24/10/2022) membakar 1.558 kilogram ganja yang disita dari para penyelundup dalam tujuh bulan terakhir di Provinsi Hajjah di Yaman barat laut, kata seorang pejabat keamanan setempat. (Xinhua/Mohammed Al-Wafi)

Mendeteksi narkoba kini dapat dilakukan oleh tupai pelacak yang telah dilatih seperti anjing pelacak, yang selama ini digunakan untuk mengendus bahan obat-obatan terlarang atau benda lainnya.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Polisi China telah melatih enam tupai pelacak untuk membongkar jaringan narkoba dalam upaya menemukan alternatif yang dapat menggantikan peran anjing pelacak dengan biaya lebih murah.

The Times melaporkan pada Kamis pekan lalu (9/2) bahwa polisi di kota Chongqing, Cina barat daya, melatih kelompok pertama tupai yang “lebih gesit” yang dapat mengendus narkoba.

“Tupai memiliki indra penciuman yang cukup tajam, tetapi kami tidak memiliki tupai pelacak sebelumnya karena kami tidak memiliki teknik yang matang untuk melatih hewan pengerat mendeteksi narkoba,” kata Yin Jin, seorang pelatih pasukan anjing polisi setempat, seperti dikutip dalam laporan Shangyou News yang dikelola pemerintah oleh The Times.

Sistem yang digunakan untuk melatih anjing pelacak dilaporkan juga berhasil diterapkan pada tupai dengan “efek yang sangat baik,” menurut Jin.

Karena tupai lebih kecil dan lebih fleksibel daripada anjing, mereka dapat mencari “lingkungan kompleks” yang penuh dengan paket dan sudut sempit, dan mereka dapat mencapai tempat yang tinggi, kata laporan itu.

Setelah menemukan narkotika, tupai yang terlatih akan memberi tahu pelatihnya dengan menggaruk benda tersebut.

Ini bukan pertama kalinya hewan selain anjing dilatih untuk mengendus bahan terlarang. Polisi di Belanda pada tahun 2013 dilaporkan melatih tikus untuk mengendus narkoba dan bubuk mesiu dengan tingkat keberhasilan 95 persen.

Upaya terbaru ini datang saat China memperkuat kebijakan tanpa toleransi terhadap obat-obatan. Mereka yang dihukum karena kejahatan narkoba sering menghadapi hukuman berat, termasuk hukuman mati.

Sumber: Al Arabiya English

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan