Banner

Bujet terbatas, kaum muda di Turkiye kini pilih sewa ketimbang beli

Orang-orang mencari barang di sebuah toko penyewaan di Ankara, Turkiye, pada 12 September 2024. (Xinhua/Mustafa Kaya)

Kenaikan inflasi yang terus terjadi, disertai pelemahan nilai mata uang lira dalam beberapa tahun terakhir, telah menyebabkan lonjakan harga barang di Turkiye, terutama harga perangkat elektronik, dan penurunan daya beli masyarakat yang signifikan.

 

Ankara, Turkiye (Xinhua/Indonesia Window) – Di kota-kota besar Turkiye, semakin banyak konsumen memilih untuk menyewa barang-barang yang tahan lama ketimbang membeli. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga yang terus mengikis daya beli mereka, kendati ada tanda-tanda penurunan pada tingkat inflasi Turkiye yang belakangan melonjak.

Konsumen kebanyakan menyewa barang-barang seperti peralatan rumah tangga, elektronik, ponsel pintar, komputer, furnitur, mobil, hingga pakaian untuk disewa secara harian maupun bulanan.

Adapun prosedur penyewaan barang dibuat cukup sederhana. Pelanggan dapat berlangganan suatu barang selama sebulan atau tiga bulan, hingga setengah tahun atau satu tahun penuh, dengan opsi untuk terus memperbarui masa langganan atau mengembalikan produk, yang biayanya lebih murah dan memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar ketimbang membeli.

Biaya sewa laptop, misalnya, adalah 2.000 lira Turkiye atau sekitar 59 dolar AS per bulan, sementara biaya sewa ponsel pintar adalah 500 lira per bulan. Sedangkan untuk barang-barang elektronik besar dan furnitur, konsumen harus membayar sewa harian masing-masing sekitar 100 lira dan 200 lira.

“Menyewa barang kini menjadi semakin populer di negara-negara yang dilanda inflasi tinggi,” kata Sinan Ventura, mitra pendiri Kiralabunu, sebuah platform daring untuk penyewaan barang, kepada Xinhua. Dia mengatakan bahwa pengguna platform ini terutama adalah konsumen yang memiliki anggaran terbatas.

Di antara barang sewaan yang paling banyak dicari adalah ponsel pintar, komputer, tablet, dan perangkat elektronik lainnya, kata Ventura, seraya menambahkan bahwa konsumen yang melek teknologi kini lebih suka menyewa ketimbang membeli produk-produk yang sudah ditingkatkan (upgraded).

Seorang pria menyewa barang secara daring di Ankara, Turkiye, pada 12 September 2024. (Xinhua/Mustafa Kaya)

Meskipun tingkat inflasi tahunan Turkiye telah menurun dari level tertingginya yang mencapai 75 persen pada Mei, tingkat inflasi masih tetap tinggi yaitu 52 persen pada Agustus, dengan harga-harga naik rata-rata 2,5 persen per bulan.

Kenaikan inflasi yang terus terjadi, disertai pelemahan nilai mata uang lira dalam beberapa tahun terakhir, telah menyebabkan lonjakan harga barang, terutama harga perangkat elektronik, dan penurunan daya beli masyarakat yang signifikan. Hal ini turut mendorong peningkatan pasar penyewaan barang.

“Sangat menjengkelkan melihat harga-harga barang tahan lama semakin hari semakin naik, oleh karena itu saya lebih memilih untuk menyewa laptop, mesin kopi, beberapa perabotan, dan terkadang pakaian,” kata Derya Uluc, seorang konsumen dari Ankara, kepada Xinhua.

Uluc merupakan salah satu dari sekian banyak konsumen urban berusia 20-45 tahun yang menganggap bahwa opsi menyewa merupakan pilihan yang lebih baik karena berbagai alasan, termasuk keterjangkauan harga, atau sekadar gaya hidup.

Orang-orang mencari barang di sebuah toko penyewaan di Ankara, Turkiye, pada 12 September 2024. (Xinhua/Mustafa Kaya)

“Saya percaya bahwa menyewa daripada membeli merupakan pilihan yang fleksibel, hemat biaya, dan lebih berkelanjutan untuk memiliki produk yang saya butuhkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar wanita muda itu.

*1 lira = 453 rupiah

**1 dolar AS = 15.421 rupiah

Penulis: Burak Akinci

Selesai

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan