Banner

Kekerasan senjata api tewaskan 28 anak dan remaja di AS setiap hari

Para siswa yang mengenakan rompi antipeluru menggelar aksi unjuk rasa di dekat Capitol Reflecting Pool di Washington DC, Amerika Serikat, pada 6 Juni 2022. (Xinhua/Aaron Schwartz)

Kekerasan dengan senjata api di Amerika Serikat mengakibatkan tewasnya 28 anak dan remaja setiap hari, menjadikan aksi ini penyebab kematian nomor satu di kalangan anak muda hingga usia 24 tahun.

 

New York City, AS (Xinhua) – Setiap hari, 28 anak dan remaja Amerika Serikat (AS), atau setara dengan satu kelas di sekolah menengah atas, tewas akibat aksi kekerasan dengan senjata api, menjadikannya penyebab kematian nomor satu di kalangan anak muda hingga usia 24 tahun, menurut situs jejaring kebijakan dan pendidikan ilmu pengetahuan Science 2.0 pada Rabu (12/10) mengutip Akademi Pediatri Amerika (American Academy of Pediatrics/AAP).

“Masalah terkait kematian akibat aksi kekerasan dengan senjata api adalah bahwa setiap orang dapat menggunakannya (senjata api) di berbagai arena,” kata laporan itu, seraya menyebutkan bahwa pemerintah AS tidak melakukan apa pun untuk mencegah kejahatan terhadap anak-anak dengan lebih dari 20.000 undang-undang (UU) yang mengatur penggunaan senjata api yang berlaku saat ini.

“Sudah ada banyak aturan mengenai senjata api, tetapi UU ibarat ember yang bocor, sama seperti pemerintah itu sendiri,” ungkap laporan tersebut, seraya menyebutkan bahwa hasil Zero Defect tidak memiliki peluang di dalam keduanya, tetapi “menumpuk lebih banyak inefisiensi di atas apa yang sudah ada untuk menghukum orang-orang yang tidak berada di luar ’ember’ tidak akan menyelamatkan nyawa.”

“Dan jika nyawa anak-anak sama pentingnya dengan apa yang AAP klaim pihaknya yakini dan ingin kita percayai, mereka akan meminta regulasi itu untuk menetapkan batas kecepatan mobil hingga 5 mil per jam. Itu akan menyelamatkan 8.337 ‘anak muda’ berusia 24 tahun ke bawah, ” imbuh laporan tersebut.

Buku tentang kekerasan

Saat tahun ajaran baru mulai berjalan, beberapa siswa memiliki kecemasan yang lebih berat dibandingkan mengerjakan pekerjaan rumah, alhasil permintaan akan buku anak-anak yang membahas peristiwa traumatis seperti penembakan di sekolah-sekolah terus meningkat, menurut laporan The Associated Press (AP) pada Selasa (11/10).

Penjualan buku untuk para pembaca muda tentang kekerasan, kesedihan, dan emosi mengalami peningkatan selama sembilan tahun berturut-turut, dengan hampir enam juta eksemplar terjual pada 2021, lebih dari dua kali lipat jumlah pada 2012, menurut NPD BookScan, yang melacak penjualan ritel buku cetak Amerika Serikat (AS).

Kekerasan dengan senjata api
Bendera Amerika Serikat (AS) berkibar setengah tiang di Sekolah Dasar William Northrup di Los Angeles County, California, Amerika Serikat, pada 25 Mei 2022, untuk menghormati para korban penembakan massal di sekolah dasar Texas itu. (Xinhua)

“Ketika tingkat kecemasan dan depresi melonjak di kalangan anak muda Amerika, para pendidik dan pegiat mengatakan buku anak-anak dapat berperan dalam membantu mereka mengatasinya,” sebut laporan itu.

Toko-toko buku di seantero negara itu melihat minat pada judul dari genre tersebut naik dan turun tergantung pada berita utama lokal dan nasional, menurut penjual buku Barnes & Noble.

“Meskipun mungkin sudah menjadi kebiasaan untuk mencoba melindungi anak-anak dari kenyataan hidup yang lebih keras dan berbagai berita menakutkan, ternyata sulit untuk menghindari isu masyarakat yang besar,” kata Kristine Enderle, direktur editorial di Magination Press, cabang penerbitan buku anak-anak dari American Psychological Association. “Anak-anak menghadapi masalah dan tantangan ini dalam kehidupan mereka sehari-hari.”

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan