Fokus Berita – Kerusakan total infrastruktur telekomunikasi di Gaza lumpuhkan operasi bantuan

Kehancuran total infrastruktur telekomunikasi Gaza telah memutus koneksi digital untuk layanan darurat, koordinasi kemanusiaan, dan informasi penting bagi warga sipil, sehingga melumpuhkan operasi bantuan.
PBB (Xinhua/Indonesia Window) – Kehancuran total infrastruktur telekomunikasi Gaza telah memutus koneksi digital untuk layanan darurat, koordinasi kemanusiaan, dan informasi penting bagi warga sipil, sehingga melumpuhkan operasi bantuan, demikian disampaikan sejumlah badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (12/6).
“Mitra-mitra kami yang bekerja di bidang telekomunikasi mengatakan bahwa hal ini disebabkan oleh kerusakan pada rute kabel serat optik terakhir yang melayani Gaza tengah dan selatan, yang kemungkinan besar dipicu oleh aktivitas militer yang intens,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA). “Ini bukan pemadaman rutin, tetapi kehancuran total infrastruktur digital Gaza. Saat ini terjadi pemadaman internet total, dan jaringan seluler nyaris tidak berfungsi.”
OCHA menuturkan layanan darurat tidak memiliki sarana komunikasi, sehingga warga sipil tidak dapat mengakses bantuan penyelamatan nyawa di tengah lingkungan dengan keterbatasan akses yang sudah sangat parah akibat perintah evakuasi dan operasi militer.
Kantor tersebut juga menyampaikan bahwa Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) melaporkan telah kehilangan kontak dengan rekan-rekan mereka di Gaza, yang tampaknya menjadi masalah umum bagi badan-badan bantuan di jalur tersebut.

OCHA memperingatkan bahwa blokade bahan bakar oleh Israel yang telah berlangsung selama lebih dari 100 hari telah mencapai titik kritis. OCHA menuturkan bahwa bahan bakar semakin menipis dengan cepat dan bahwa layanan-layanan penting yang menjaga kelangsungan hidup warga dalam kondisi terancam ditutup.
“Rekan-rekan kami yang bekerja di bidang kesehatan sekarang memperingatkan bahwa hampir 80 persen fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan penyelamatan nyawa akan segera kehabisan bahan bakar,” kata kantor tersebut. “Itu mencakup 67 dari 85 fasilitas kesehatan, termasuk 17 rumah sakit, tujuh rumah sakit lapangan, dan 43 pusat layanan kesehatan primer. Mereka memperingatkan bahwa nyawa dipertaruhkan, terutama bayi yang baru lahir yang bergantung pada inkubator dan ventilator, serta pasien-pasien lain di unit perawatan kritis.”
OCHA mengatakan bahwa layanan dialisis juga diperkirakan akan ditutup. Layanan ambulans dan rujukan pasien juga diperkirakan akan terhenti sepenuhnya. Kondisi ini berarti hilangnya apa yang disebut sebagai “jam emas” (golden hour) yang sangat penting dalam penanganan trauma. Golden hour merujuk pada periode satu jam pertama yang krusial setelah seseorang mengalami cedera trauma, saat penanganan medis memiliki peluang terbesar untuk menyelamatkan nyawa seseorang.
Kantor tersebut juga menambahkan bahwa layanan vital lainnya yang berpotensi terdampak oleh kelangkaan bahan bakar termasuk sumur air dan sistem desalinasi. Otoritas Israel telah menolak lebih dari belasan upaya pengambilan bahan bakar dari kawasan Gaza utara.

OCHA mengatakan bahwa Kantor PBB untuk Pelayanan Proyek (UN Office for Project Services/UNOPS) melaporkan bahwa upaya pengambilan bahan bakar pada Kamis awalnya telah disetujui setelah berpekan-pekan mengalami penolakan akses berulang kali. Namun, aksi penembakan memaksa tim untuk kembali, dengan seorang sopir truk bahan bakar terluka.
Kantor tersebut kembali mendesak otoritas Israel untuk segera memulihkan akses masuk bahan bakar ke Gaza dan memfasilitasi akses pengambilan cadangan bahan bakar yang sudah berada di dalam wilayah tersebut.
OCHA mengatakan semakin banyak perintah pengungsian telah dikeluarkan. Perintah evakuasi baru dirilis pada Kamis untuk enam kawasan permukiman di tiga kegubernuran, yakni Gaza Utara, Gaza, dan Khan Younis, yang mencakup wilayah seluas lebih dari 3 kilometer persegi.
Badan kemanusiaan itu juga menyampaikan bahwa selama 100 hari terakhir, otoritas Israel tidak mengizinkan masuknya tenda atau material tempat penampungan lainnya ke Jalur Gaza untuk menampung para pengungsi, serupa dengan blokade bahan bakar yang masih berlangsung.
Namun demikian, ada beberapa berita positif di bidang bantuan.
Tim PBB mengumpulkan 56 truk berisi pasokan makanan dari perlintasan perbatasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem dan membawanya ke Gaza utara.

Ini pertama kalinya sejak awal Maret, PBB diizinkan untuk menggunakan titik masuk Zikim, yang juga dikenal sebagai Erez West. Kantor tersebut mengatakan bahwa izin itu memungkinkan jalur yang relatif lebih aman bagi tim kemanusiaan untuk mencapai wilayah utara.
Farhan Haq, wakil juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengatakan bahwa Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF) yang baru melaporkan bahwa warga Palestina yang terlibat dalam pendistribusian bantuan diserang, dan beberapa di antaranya tewas.
“Meski kami belum memiliki informasi independen mengenai hal ini, dan pemadaman telekomunikasi tidak membantu kami di sini, OCHA menegaskan bahwa warga sipil tidak boleh diserang, apalagi mereka yang berupaya mengakses atau menyediakan makanan di tengah kelaparan massal,” ujar Haq dalam sebuah konferensi rutin.
GHF, yang disponsori AS dan mendapat izin dari Israel, mulai menyalurkan bantuan di beberapa titik pendistribusian pekan lalu. Akibatnya, warga Palestina yang sangat membutuhkan makanan terpaksa berjalan kaki, dalam beberapa kasus, hingga beberapa kilometer demi mencapai pusat-pusat militer tersebut.
Sebaliknya, PBB dan para mitranya mengirimkan bantuan langsung ke banyak komunitas lokal. Para mitra tersebut mengatakan bahwa mereka tidak bekerja sama dengan skema GHF karena skema tersebut dinilai tidak memenuhi standar bantuan internasional yang adil.
Laporan: Redaksi