Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Organisasi jurnalis Muslim Indonesia, Forum Jurnalis Muslim (Forjim), mengecam sekaligus mengutuk kebiadaban tentara Zionis Israel yang telah menargetkan dan membunuh dengan sengaja jurnalis televisi Al Jazeera pada Rabu pagi (11/5).

“Forjim mengutuk keras pembunuhan terhadap Shireen dan meminta pasukan penjajah Israel untuk bertanggung jawab atas aksi mereka yang disengaja itu,” ungkap Sekretaris Umum Forjim M. Shodiq Ramadhan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Banner

Pembunuhan terhadap Shireen, jurnalis senior yang menggunakan rompi pers yang dapat diidentifikasi dengan jelas, merupakan serangan yang disengaja dan sistematis.

Karena itu, lanjut Shodiq, Forjim mendesak agar segera dilakukan penyelidikan secara menyeluruh, transparan dan independen. Siapa pun yang terlibat harus dimintai pertanggungjawaban.

“Kematian Shireen adalah penghinaan terhadap kemerdekaan pers di mana saja,” tegasnya.

Banner

Forjim juga mendukung langkah Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) yang akan menambahkan kasus penembakan terhadap Shireen ini ke pengaduan ICC (Mahkamah Pidana Internasional) yang diajukan IFJ.

Direktur Eksekutif Forjim Robigusta Suryanto menambahkan, pihaknya berharap Pemerintah Indonesia turut mengambil langkah-langkah serius dalam kasus ini.

“Indonesia, negeri Muslim terbesar di dunia, negara yang menolak penjajahan Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina, kita harap dapat bersuara lantang di forum-forum internasional,” kata Robigusta.

Banner

Jurnalis televisi Al Jazeera Shireen Abu Akleh (51) ditembak mati saat meliput serangan Israel di kota Jenin, Tepi Barat, pada Rabu pagi (11/5). Selain Shireen, kata Kementerian Kesehatan Palestina, wartawan lainnya, Ali Al-Samoudi, juga ditembak dari belakang.

Direktur Institut Kedokteran Forensik di Universitas An-Najah di Kota Nablus, Rayyan al-Ali, mengatakan otopsi yang dia lakukan menyimpulkan Shireen ditembak mati di kepala.

Al Jazeera, saluran yang berbasis di Doha, Qatar, mengatakan wartawatinya “dibunuh dengan darah dingin” oleh pasukan Israel. Mereka menyebut pembunuhan itu sebagai “kejahatan keji, yang hanya bertujuan untuk mencegah media melakukan tugas mereka.”

Banner

“Kami berjanji untuk mengadili para pelaku secara hukum, tidak peduli seberapa keras mereka berusaha menutupi kejahatan mereka, dan membawa mereka ke pengadilan,” ungkap Al-Jazeera.

Shireen Abu Akleh lahir di Yerusalem pada 1971, dan meraih gelar BA dalam bidang jurnalisme dan media dari Universitas Yarmouk di Yordania.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan