Banner

Ekonomi Jerman kehilangan nilai tambah 265 miliar dolar akibat perang

Ilustrasi. Ekonomi Jerman akan kehilangan nilai tambah lebih dari 260 miliar euro (sekitar 265 miliar dolar AS) pada tahun 2030 karena perang di Ukraina dan harga energi yang tinggi, yang menimbulkan efek negatif bagi pasar tenaga kerja. (Maheshkumar Painam on Unsplash)

Dibandingkan dengan ekspektasi untuk Eropa yang damai, produk domestik bruto (PDB) Jerman yang disesuaikan dengan harga akan turun 1,7 persen tahun depan dan akan ada sekitar 240.000 lebih sedikit orang yang bekerja.

 

Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Ekonomi Jerman akan kehilangan nilai tambah lebih dari 260 miliar euro (sekitar 265 miliar dolar AS) pada tahun 2030 karena perang di Ukraina dan harga energi yang tinggi, yang menimbulkan efek negatif bagi pasar tenaga kerja, menurut sebuah studi oleh Lembaga Penelitian Ketenagakerjaan (IAB).

Dibandingkan dengan ekspektasi untuk Eropa yang damai, produk domestik bruto (PDB) Jerman yang disesuaikan dengan harga akan turun 1,7 persen tahun depan dan akan ada sekitar 240.000 lebih sedikit orang yang bekerja, kata studi yang diterbitkan pada Selasa itu.

Tingkat pekerjaan diperkirakan akan tetap di sekitar tingkat ini sampai tahun 2026, ketika langkah-langkah ekspansif secara bertahap akan mulai lebih besar daripada efek negatifnya dan mengarah pada nilai tambah sekitar 60.000 orang yang dipekerjakan pada tahun 2030.

Banner

Salah satu yang merugi besar adalah industri perhotelan, yang sudah terpukul keras oleh pandemik virus corona dan kemungkinan akan merasakan penurunan daya beli konsumen.

Sektor-sektor padat energi, seperti industri kimia dan produksi logam, juga kemungkinan besar akan terpengaruh.

Jika harga energi, yang sejauh ini melonjak 160 persen, menjadi dua kali lipat lagi, PDB ekonomi Jerman 2023 akan hampir 4,0 persen lebih rendah daripada tanpa perang, menurut penelitian tersebut. Di bawah asumsi ini, 660.000 lebih sedikit orang akan dipekerjakan setelah tiga tahun dan masih 60.000 lebih sedikit pada 2030, katanya.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan