Banner

Dubes Saudi: Visi 2030 tak ubah wajah Islam

Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Republik Indonesia, Esam A. Abid Athagafi, saat berdialog dengan sejumlah wartawan Indonesia di kediamannya di Jakarta, Rabu (6/11/2019). (Indonesia Window/Libertina)

Jakarta (Indonesia Window) – Visi 2030 Arab Saudi yang berisi langkah-langkah mendiversifikasi ekonomi negara tersebut dan mengembangkan sektor layanan publik, termasuk kesehatan, pendidikan, infrastruktur serta memperluas peran perempuan telah secara cepat membuat negara kaya minyak itu berbeda dari era sebelumnya.

Sejumlah gebrakan telah dilakukan oleh Pemerintah Raja Salman bin Abdulaziz, terutama dengan peran Putera Mahkota Mohammad bin Salman yang beraksi secara progresif.

Arab Saudi kini tak lagi bergantung pada minyak. Kerajaan superpower di Kawasan Timur Tengah itu tengah menggalakkan sektor teknologi cerdas yang dipadukan dengan pariwisata moderen. Salah satu rencana tersebut terwujud dalam NEOM City, sebuah megapolitan di Provinsi Tabuk di sebelah baratlaut.

Menyusul rencana tersebut, Arab Saudi juga membuka diri kepada semua pihak yang dapat membawa dampak besar bagi Arab Saudi, diantaranya dengan menarik pengunjung asing dari negara-negara non-Muslim Amerika, Asia, Eropa, dan Oseania masuk ke negara itu dengan fasilitas Visa Wisata (Tourist Visa).

Identitas Islam

Gebrakan Putera Mahkota membuat Arab Saudi tak lagi sama seperti dulu.

Itulah sebabnya ada kalangan yang mencemaskan Visi 2030 sedikit demi sedikit akan mengikis nilai-nilai dan praktik Islam di Arab Saudi, sementara negeri tersebut adalah pusat peribadatan Muslim dari seluruh dunia dengan keberadaan kota suci Makkah dan Madinah.

Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Republik Indonesia, Esam A. Abid Athagafi memahami kekhawatiran tersebut, karenanya menegaskan bahwa identitas Islam selalu melekat pada Visi 2030.

“Kami bangga dengan adanya Makkah dan Madinah. Visi 2030 adalah upaya mencapai masa depan yang lebih maju dan cerah di Arab Saudi. Identittas islam tidak pernah lepas dari Visi 2030,” terang duta besar.

Lebih lanjut dia menekankan bahwa perubahan yang terjadi di Arab Saudi yang mengiring Visi 2030 terjadi di bawan kaidah Islam yang moderat.

“Pintu pariwisata yang terbuka bukan berarti menjadikan Arab Saudi sebagai Las Vegas kedua karena kita selalu menerapkan dan menjaga Islam yang moderat,” tuturnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan