Banner

COVID-19 – AS dikritik karena luncurkan ‘booster’ tanpa uji klinis pada manusia

Sebuah pos pengujian COVID-19 terlihat di Times Square di New York, Amerika Serikat, pada 12 Mei 2022. (Xinhua/Michael Nagle)

Pemerintah Amerika Serikat telah membeli 171 juta dosis booster BioNTech/Pfizer dan Moderna seharga 5 miliar dolar AS dan mempercepat otorisasi sebelum uji coba pada manusia selesai.

 

London, Inggris (Xinhua) – Sejumlah pakar kesehatan memperingatkan bahwa keputusan Amerika Serikat (AS) meluncurkan vaksin penguat (booster) baru untuk virus corona tanpa melewati uji klinis pada manusia berisiko merusak kepercayaan publik dan meningkatkan keraguan terhadap vaksin, seperti dilansir The Financial Times (FT).

Banner

Surat kabar Inggris itu pada Senin (12/9) mengatakan bahwa pemerintahan Joe Biden menggunakan booster bivalen, yang mengandung galur COVID-19 asli dan kode genetik dari subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 untuk memvaksinasi lebih banyak warga Amerika terhadap virus tersebut.

Pemerintah Amerika Serikat telah membeli 171 juta dosis booster BioNTech/Pfizer dan Moderna seharga 5 miliar dolar AS dan mempercepat otorisasi sebelum uji coba pada manusia selesai, berharap vaksin penguat tersebut dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap varian-varian dominan dibanding vaksin COVID yang sudah ada, menurut laporan itu.

Kendati demikian, beberapa ahli kesehatan mengatakan bahwa booster itu hanya menghasilkan data terbatas dari sejumlah kecil tes pada tikus. Menurut mereka, tidak ada bukti bahwa booster tersebut memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi atau penyakit parah dibandingkan vaksin yang sudah ada.

Banner

“Tanpa data dan mendapatkan respons manusia setidaknya dalam jumlah orang yang terbatas, Anda justru hanya mengaturnya untuk kelompok antivaksin, antisains,” tulis laporan itu mengutip Eric Topol, pendiri sekaligus direktur Scripps Research Translational Institute.

“Sudah ada kelompok yang menyebutnya vaksin tikus … Kita sudah memiliki masalah kepercayaan di negara ini dan kita tidak perlu memperburuknya,” katanya.

Booster COVID AS
Seorang pria menerima suntikan satu dosis vaksin COVID-19 di sebuah klinik vaksinasi di San Antonio, Texas, Amerika Serikat, pada 9 Januari 2022. Varian Omicron telah mendorong lonjakan baru kasus COVID-19 di Texas. (Xinhua/Nick Wagner)

Vaksin khusus Omicron

Banner

Bulan lalu Amerika Serikat menyetujui sejumlah vaksin khusus Omicron. Namun bagi mereka yang familier dengan taktik bisnis industri farmasi, kabar tersebut justru membangkitkan kegeraman dan memunculkan sejumlah kekhawatiran yang belum terjawab, menurut laporan Kaiser Health News.

Vaksin-vaksin yang telah diperbarui itu dengan mudah memenuhi persyaratan “aman dan efektif” untuk persetujuan pemerintah, sebut laporan yang diterbitkan pada Senin (12/9) itu.

“Namun pada kenyataannya, apakah, dan bagaimana, vaksin khusus Omicron itu secara signifikan lebih protektif jika dibandingkan dengan vaksin COVID versi pertama yang sudah banyak dipakai?” tanya laporan itu.

Banner

“Mengingat pemerintah federal telah membeli vaksin-vaksin baru ini, dan banyak dosis vaksin versi pertama yang sudah dibeli kemungkinan tidak akan pernah sampai ke tangan pembayar pajak, apakah harga 3,2 miliar dolar AS sepadan dengan manfaat yang tidak jelas? Terutama ketika dana ini harus ditarik dari upaya penanganan COVID lainnya, seperti pengujian dan perawatan,” lanjut laporan itu.

*1 dolar AS = 14.861 rupiah

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan