“Akan ada lebih sedikit minyak di pasar, dan harganya akan jauh lebih tinggi. Selain itu, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 300-400 dolar AS per barel,” menurut Medvedev.
Jakarta (Indonesia Window) – Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada Selasa (5/7) mengatakan bahwa usulan yang diajukan oleh Pemerintah Jepang untuk memberikan batas harga minyak Rusia sekitar setengah dari level saat ini akan menyebabkan lebih sedikit minyak di pasar dan mendorong harga di atas 300-400 dolar AS per barel.
Mengomentari usulan, yang diajukan oleh Perdana Menteri Fumio Kishida, Medvedev mengatakan Jepang “tidak akan mendapatkan minyak atau gas dari Rusia, serta tidak berpartisipasi dalam proyek LNG Sakhalin-2” sebagai akibatnya.
Presiden Vladimir Putin pekan lalu menandatangani dekrit yang mengambil kendali penuh atas proyek gas dan minyak Sakhalin-2 di timur jauh Rusia, sebuah langkah yang dapat memaksa Shell serta perusahaan Jepang Mitsui & Co dan Mitsubishi Corp keluar dari sana.
Untuk tetap berada di perusahaan baru yang akan menggantikan perusahaan operasi yang ada, Perusahaan Investasi Energi Sakhalin, pemegang saham asing harus meminta saham kepada Pemerintah Rusia dalam waktu satu bulan.
Para pemimpin G7 pekan lalu sepakat untuk menjajaki kemungkinan memperkenalkan batas harga impor sementara pada bahan bakar fosil Rusia, termasuk minyak, dalam upaya membatasi sumber daya Rusia yang digunakan untuk membiayai operasi militernya di Ukraina.
“Akan ada lebih sedikit minyak di pasar, dan harganya akan jauh lebih tinggi. Selain itu, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 300-400 dolar AS per barel,” menurut Medvedev, yang kini menjabat wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, dalam artikel di media sosial.
Usulan untuk memangkas sekitar setengah harga minyak Rusia saat ini, seorang juru bicara Kremlin pada Senin (4/7) mengatakan bahwa negara-negara lain mungkin tidak setuju dengan langkah ini.
G7
Amerika Serikat tampaknya menjadi pendukung terbesar dari pembatasan harga minyak Rusia.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Mei lalu menjelaskan gagasan itu kepada rekan-rekannya di Eropa, dengan mengatakan bahwa langkah ini akan berfungsi sebagai tarif atau batas atas minyak Rusia dan membantu Eropa dalam periode sementara sampai memberlakukan larangan penuh.
Pada akhir Mei, Uni Eropa setuju untuk memberlakukan embargo bertahap pada minyak Rusia hingga akhir 2022, setelah beberapa pekan melakukan negosiasi alot di antara 27 negara anggotanya.
Blok itu dulu menerima sekitar 25 persen dari impor minyaknya dari Rusia dan mewakili salah satu pembeli terpenting bagi Kremlin. Menghentikan pembelian minyak Rusia dinilai sebagai upaya untuk melukai ekonomi Rusia setelah operasi militer ke Ukraina.
Namun, embargo total terhadap impor minyak Rusia ternyata sulit dilakukan dalam semalam mengingat beberapa negara Uni Eropa sangat bergantung pada bahan bakar fosil Rusia.
Presiden AS Joe Biden mempresentasikan gagasan pembatasan harga minyak kepada para pemimpin G-7 lainnya selama akhir 25 dan 26 Juni saat pertemuan tingkat tinggi G7 yang terdiri atas AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Jepang digelar di Jerman.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan gagasan itu sangat ambisius dan membutuhkan “banyak kerja keras” sebelum menjadi kenyataan.
Sumber: Al Arabiya mengutip Reuters’; https://www.cnbc.com/
Laporan: Redaksi