Kekayaan situs neolitik Indonesia ungkap jejak Austronesia
Austronesia adalah jaringan identitas hidup yang merangkum seni, ritual, kehidupan agraris, dan tradisi maritim dalam satu kesatuan budaya.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Pernahkah kamu berpikir bahwa identitas kita sebagai orang Indonesia ternyata punya akar yang jauh lebih dalam dari yang selama ini diajarkan di sekolah? Jawabannya ada pada Austronesia, sebuah jaringan budaya besar yang meninggalkan jejak mulai dari kebiasaan bercocok tanam, seni, hingga tradisi maritim yang masih hidup sampai sekarang.
Dalam diskusi Forum Kebhinekaan Seri #31 bertajuk ‘Rekam Jejak Manusia dan Budaya Austronesia di Nusantara’, Kamis (25/9), para arkeolog menyebut Indonesia menyimpan ‘harta karun’ arkeologi yang luar biasa, berupa situs-situs neolitik yang mampu membuka tabir asal-usul nenek moyang Austronesia.
Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi, Marsis Sutopo, menekankan bahwa revolusi neolitik adalah tonggak awal peradaban—saat manusia mulai hidup menetap dan bercocok tanam. Dari situlah lahir perubahan besar hingga ke masa perundagian, protosejarah, bahkan era digital yang kita nikmati hari ini.
“Indonesia dengan kekayaan situs neolitik memiliki potensi besar untuk terus mengungkap jejak nenek moyang Austronesia,” ujarnya.
Bagi Irfan Mahmud, Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Austronesia bukan sekadar cerita diaspora masa lalu. Lebih dari itu, ia adalah jaringan identitas hidup yang merangkum seni, ritual, kehidupan agraris, dan tradisi maritim dalam satu kesatuan budaya.
“Indonesia bukan hanya tempat transit, melainkan laboratorium sejarah tempat terbentuknya identitas Austronesia,” tegasnya.
Suasana forum semakin hidup ketika Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara, menambahkan bahwa diskusi semacam ini jangan hanya berhenti di ruang akademik.
Dia mendorong agar hasil pembahasan menjadi titik awal riset lanjutan. Bahkan, pihaknya membuka peluang riset kolaboratif (call for collaboration tahap dua) dan mekanisme top up kegiatan untuk memperkuat hasil riset.
“Kebiasaan untuk kita berdiskusi ini bagus dan harus diteruskan, tapi kalau bisa menjadi awalan riset selanjutnya,” katanya.
Di balik bahasa akademik yang terdengar serius, pesan besarnya justru sangat relevan untuk generasi muda: identitas Austronesia adalah fondasi kultural yang menyatukan keberagaman etnis dan budaya Nusantara. Dengan kata lain, setiap kali kamu makan nasi, ikut tradisi adat, atau bahkan berlayar menyeberang pulau, kamu sedang merasakan warisan Austronesia yang hidup di tubuh bangsa ini.
Indonesia bukan sekadar negara kepulauan di garis khatulistiwa. Ia adalah panggung sejarah global, tempat di mana jejak nenek moyang Austronesia masih menunggu untuk terus digali dan diceritakan.
Laporan: Redaksi

.jpg)








